MAN 3 MALANG

22.37 Edit This 0 Comments »

Haaaiiiiiiii Freendz!
udah lama ne g cuap-cuap ma FLo hehe...
maklum banyak Tugazz,kali ini Flo mw Nulis tentang Perpustakaan Man3 malang
TAhun kemarin Perpust man 3 malang Sukses meraih Juara II Perpustaakan NAsional

Aq sendiri g heran man 3 juara kayak giti b'coz fasilitasnya lengkap b9t seperti komputer,ruang mulmed ,dan masih banyak lagi.
Pokoknya buat pecinta buku g klop bgt kalo' ng9a ke Man3,di sana temen-temen bakalan nemuin banyaak b9t koleksi buku,komplit dah!!
Aq sendiri jg suka k sana,cos banyak b9t buku best Seller di perpust man 3 malang
oiya and the last aq mw kasih liat suasana di perpust man3

Sa’ad bin Abi Waqqash; Prajurit Pilihan

21.41 Edit This 0 Comments »
Keberanian dan ketegasan, serta ketegaran Sa’ad bin Malik za-Zuhri alias Sa’ad bin Abi Waqqash tak bisa diragukan lagi. Semangatnya mampu menenggelamkan rasa takut dan ngeri dalam dirinya. Bagi kamu yang doyan baca sirah sahabat, tentu amat mengenal kisah ‘perseteruan’ antara Sa’ad dengan ibunda tercintanya. Waktu itu, sang ibu melarang keras, bahkan mengeluarkan ancaman akan melakukan mogok makan, bila Sa’ad tetap memeluk Islam. Di ‘episode’ ini, kita bisa menyaksikan ketegasan dan ketegaran Sa’ad dalam menghadapi ibunya. Tanpa menghilangkan rasa hormat, Sa’ad tetap ngotot mempertahankan Islam sebagai agama yang mulia.

Dalam ‘episode’ yang akan dipaparkan sekarang ini, ada yang menarik dari sisi kehidupan Sa’ad sebagai seorang muslim dan prajurit Islam. Sa’ad terkenal sebagai anggota pasukan berkuda yang sangat lihai dan gagah berani. Bukan hanya itu, Sa’ad pun kesohor sebagai pemanah ulung. Ada dua hal penting yang selalu menjadikan Sa’ad dikenang dan istimewa, yakni pertama, bahwa dialah yang pertama kali melepaskan anak panah dalam membela agama Allah, sekaligus orang yang pertama tertembus anak panah. Dan ‘keunikan’ kedua yang dimiliki Sa’ad adalah satu-satunya orang yang dijamin oleh Rasulullah dengan jaminan kedua orangtua beliau. Sabda Rasulullah saw. pada saat perang Uhud: “Panahlah hai Sa’ad! Ibu bapakku menjadi jaminan bagimu…” Hebat bukan?

Sebagai seorang muslim yang sudah ‘menyatukan’ dirinya dengan Islam. Adalah wajar bila sepak terjangnya selalu berlandaskan Islam. Apapun perintah yang wajib diamalkan oleh Allah dan Rasul-Nya, niscaya ia akan dengan senang hati melakukannya, termasuk urusan jihad. Nah, sahabat teladan kita yang satu ini betul-betul telah menunjukkan prestasi yang hebat dalam karir militernya. Sebagai seorang yang pandai memanah dan lihai menunggang kuda dalam setiap peperangan ini, membawanya selalu terdaftar sebagai anggota pasukan perang. Betul-betul prajurit pilihan. Bahkan Amirul Mukminin Umar bin Khaththab berani mempercayakan posisi panglima perang kepada dirinya dalam pertempuran Qadisiyah. Padahal waktu itu, pasukan Persia yang harus diluluh-lantakan berjumlah lebih dari seratus ribu orang. Selain jumlahnya banyak, mereka adalah prajurit yang kenyang dengan tempaan dan dilengkapi peralatan militer yang canggih untuk ukuran waktu itu. Bukan hanya itu, Sa’ad juga harus beradu lihai dalam startegi perang dengan para pengatur siasat paling jempol yang dimiliki Persia. Tapi Sa’ad tak bergeming, malah sepertinya menganggap sebagai tantangan.

Dalam kasus ini, Khalifah Umar menulis surat perintah kepada Sa’ad bin Abi Waqqash untuk segera berangkat ke Qadisiyah–yang merupakan pintu gerbang menuju Persia. Surat perintah tersebut dilengkapi pula dengan permintaan Amirul Mukminin untuk menggambarkan peta kekuatan yang dimiliki pasukan Islam dan pasukan musuh. Hebatnya Sa’ad, ia bisa? merinci dengan sangat detil posisi-posisi para prajurit, baik anggota pasukan Islam, maupun musuh. Betul-betul prajurit pilihan. Dengan balasan surat dari Sa’ad seperti itu, Khalifah Umar pun merasa tenang atas pilihannya.

Ada ‘fragmen’ menarik ketika Sa’ad mengirim beberapa sahabat sebagai utusan kepada Rustum–Panglima Perang Persia–untuk menyerunya beriman kepada Allah dan memeluk Islam. Negosiasi tersebut ternyata berlangsung alot dan akhirnya dihentikan dengan sebuah pernyataan salah seorang delegasi kaum muslimin, “Sesungguhnya Allah telah memilih kami untuk membebaskan hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya dari pemujaan berhala kepada pengabdian terhadap Allah Swt., dari kesempitan dunia kepada keluasannya, dan dari kedhaliman pihak penguasa kepada keadilan Islam. Maka siapa yang bersedia menerima itu dari kami, kami terima pula kesediaannya dan kami biarkan mereka. Tetapi siapa yang memerangi kami, kami perangi pula mereka hingga kami mencapai apa yang telah dijanjikan Allah…!

“Apa yang telah dijanjikan Allah itu?” tanya Rustum. “Surga bagi kami yang mati syahid, dan kemenangan bagi yang masih hidup.” jawab salah seorang utusan tersebut.

Sayangnya, meski mendengar pernyataan tersebut, Rustum tak bergeming, malah memilih mengangkat senjata. Mendengar kabar tersebut, ‘naluri’ keprajuritan Sa’ad bangkit, meski ia sendiri sedang sakit cukup parah. Ia berdiri di hadapan pasukannya yang sudah siaga untuk berpidato menggelorakan semangat jihad. Dan Rustum pun tewas bersama ribuan prajuritnya. Persia pun takluk.

CATATAN KRITIS UNTUK ISLAM LIBERAL

21.37 Edit This 0 Comments »
Meskipun kelahiran JIL (Jaringan Islam Liberal) Maret 2001 nampaknya membawa hal baru bagi sebagian orang, namun sesungguhnya ia bukanlah sama sekali baru. Agenda-agenda JIL sesungguhnya adalah kepanjangan imperialisme Barat? atas Dunia Islam yang sudah berlangsung sekitar 2-3 abad terakhir. Hanya saja, bentuknya memang tidak lagi telanjang, tetapi mengatasnamakan Islam. Jadi istilah أ¢â‚¬إ“Islam Liberalأ¢â‚¬? bukanlah suatu kebetulan, namun sebuah istilah yang dipilih dengan sengaja untuk mengurangi kecurigaan umat Islam dan sekaligus untuk menobatkan diri (sendiri) bahwa أ¢â‚¬إ“Islam Liberalأ¢â‚¬? adalah bagian dari Islam, seperti halnya jenis-jenis pemahaman Islam lainnya (www.islamlib.com). Sesungguhnya أ¢â‚¬إ“Islam Liberalأ¢â‚¬? adalah peradaban Barat yang diartikulasikan dengan bahasa dan idiom-idiom keislaman. Islam hanyalah kulit atau kemasan. Namun saripati atau substansinya adalah peradaban atau ideologi Barat, bukan yang lain.

Untuk membuktikan deklarasi di atas, baiklah kita lihat dua dasar argumentasinya. Yaitu : (1) hakikat imperalisme itu sendiri, dan (2) kerangka ideologi Barat (kapitalisme). Pemahaman hakikat imperialisme akan menjadi landasan untuk memilah apakah suatu agenda termasuk aksi imperalisme atau bukan. Sedang kerangka ideologi kapitalisme, akan menjadi dasar untuk menilai apakah sebuah pemikiran termasuk dalam ideologi kapitalisme atau bukan, atau untuk mengevaluasi sebuah metode berpikir, apakah ia metode berpikir kapitalistik atau bukan.

Imperalisme
Imperialisme (al-istiأ¢â‚¬â„¢mar) itu sendiri, menurut Taqiyuddin An-Nabhani dalam kitabnya Mafahim Siyasiyah li Hizb At-Tahrir (1969:13) adalah pemaksaan dominasi politik, militer, budaya dan ekonomi atas negeri-negeri yang dikalahkan untuk kemudian dieksploitasi. Dua kata kunci imperialisme yang patut dicatat : pemaksaan dominasi, dan eksploitasi. Maka jika sebuah negara melakukan aksi imperalisme atas negara lain, artinya, negara penjajah itu akan memaksakan kehendaknya? kepada negara lain, sehingga negara yang dijajah itu mau tak mau harus mengikuti negara penjajah dalam hal haluan politik, program ekonomi rancangannya, budaya dan cara berpikirnya, serta pembatasan dan penggunaan sarana militernya. Semua ini adalah demi keuntungan negara penjajah sendiri. Jika negara yang dijajah menolak atau melawan, ia akan mendapat sanksi dan hukuman dari sang penjajah. Inilah hakikat imperialisme.

Imperialisme ini, menurut An-Nabhani (1969:13), adalah metode (thariqah) baku –tak berubah-ubah– untuk menyebarluaskan ideologi kapitalisme, yang berpangkal pada sekularisme, atau pemisahan agama dari kehidupan (fashl al-din أ¢â‚¬?an al-hayah). Tak mungkin ada penyebarluasan kapitalisme, kecuali melalui jalan imperialisme. Atau dengan kata lain, manakala negara penganut kapitalisme ingin menancapkan cengkeramannya pada negara lain, ia akan melakukan aksi-aksi imperialisme dalam segala bentuknya, baik dalam aspek politik, militer, budaya, dan ekonomi. Berhasil tidaknya aksi imperalisme ini, diukur dari sejauh mana ideologi kapitalisme tertanam dalam jiwa penduduk negeri jajahan dan sejauh mana negara penjajah mendapat manfaat dari aksi penjajahannya itu. Jika penduduk negeri jajahan sudah mengimani kapitalisme أ¢â‚¬â€œyang berpangkal pada paham sekularisme–? atau dari negeri itu dapat diambil berbagai keuntungan bagi kepentingan imperialis, berarti aksi imperialisme telah sukses.

Kerangka Ideologi Kapitalisme
Kapitalisme pada dasarnya adalah nama sistem ekonomi yang diterapkan di Barat. Milton H. Spencer (1977) dalam Contemporary Macro Economics mengatakan bahwa kapitalisme adalah sistem organisasi ekonomi yang bercirikan kepemilikan individu atas sarana produksi dan distribusi, serta pemanfaatan sarana produksi dan distribusi itu untuk memperoleh laba dalam mekanisme pasar yang kompetitif (lihat juga A. Rand, Capitalism: The Unknown Ideal, New York : A Signet Book, 1970). Karena fenomena ekonomi ini sangat menonjol dalam peradaban Barat, maka, menurut Taqiyyudin An Nabhani, kapitalisme kemudian digunakan juga untuk menamai ideologi yang ada di negara-negara Barat, sebagai sistem sosial yang menyeluruh (An Nabhani, Nizham Al-Islam, 2001:26; W. Ebenstein, Isme-Isme Dewasa Ini? (terjemahan), Jakarta : Erlangga, 1990).

Sebagai sebuah ideologi (Arab : mabdaأ¢â‚¬â„¢), kapitalisme mempunyai aqidah (ide dasar) dan ide-ide cabang yang dibangun di atas aqidah tersebut. Aqidah di sini dipahami sebagai pemikiran menyeluruh (fikrah kulliyah) tentang alam semesta, manusia, dan kehidupan, serta tentang apa yang ada sebelum dan sesudah kehidupan dunia, serta hubungan kehidupan dunia dengan apa yang ada sebelum dan sesudah kehidupan dunia. Aqidah kapitalisme adalah pemisahan agama dari kehidupan (sekularisme), sebuah ide yang muncul di Eropa sebagai jalan tengah antara dua ide ekstrem, yaitu keharusan dominasi agama (Katolik) dalam segala aspek kehidupan, dan penolakan total eksistensi agama (Katolik). Akhirnya, agama tetap diakui eksistensinya, hanya saja perannya dibatasi pada aspek ritual, tidak mengatur urusan kehidupan seperti politik, ekonomi, sosial, dan sebagainya (An-Nabhani, 2001:28).

Di atas aqidah (ide dasar) sekularisme ini, dibangunlah berbagai ide cabang dalam ideologi kapitalisme, seperti demokrasi dan kebebasan. Ketika cabang agama sudah dipisahkan dari kehidupan, berarti agama dianggap tak punya otoritas lagi untuk mengatur kehidupan. Jika demikian, maka manusia itu sendirilah yang mengatur hidupnya, bukan agama. Dari sinilah lahir demokrasi, yang berpangkal pada ide menjadikan rakyat sebagai sumber kekuasaan-kekuasaan (legislatif, eksekutif, yudikatif) sekaligus pemilik kedaulatan (pembuat hukum) (An-Nabhani, 2001:27).

Demokrasi ini, selanjutnya membutuhkan prasyarat kebebasan. Sebab tanpa kebebasan, rakyat tidak dapat mengekspresikan kehendaknya dengan sempurna, baik ketika rakyat berfungsi sebagai sumber kekuasaan, maupun sebagai pemilik kedaulatan. Kebebasan ini dapat terwujud dalam kebebasan beragama (hurriyah al-aqidah), kebebasan kepemilikan (hurriyah at-tamalluk), kebebasan berpendapat? (hurriyah al-ar`y), dan kebebasan berperilaku (al-hurriyah asy-syakhshiyyah) (Abdul Qadim Zallum, Ad-Dimuqrathiyah Nizham Kufr, 1993).

Mengkritisi JIL
Paparan dua pemikiran di atas, yaitu tentang imperialisme dan kerangka ideologi kapitalisme, dimaksudkan sebagai pisau analisis untuk membedah JIL, untuk menjawab pertanyaan : Benarkah agenda-agenda JIL adalah kepanjangan imperialisme Barat ? Benarkah ide-ide JIL adalah ideologi? kapitalisme berkedok Islam ?

Jawabnya : IYA. Mengapa ? Sebab agenda-agenda dan ide-ide JIL dapat dipahami dalam kerangka kepanjangan imperalisme Barat atas Dunia Islam. Selain itu, ide-ide JIL itu sendiri, dapat dipahami sebagai ide-ide pokok dalam ideologi kapitalisme, yang kemudian dicari-cari pembenarannya dari khazanah Islam.

Mereka yang mencermati dan mengkritisi agenda dan pemikiran JIL, kiranya akan menemukan benang merah antara imperialisme Barat dan agenda JIL. Adian Husaini dan Nuim Hidayat dalam bukunya Islam Liberal : Sejarah, Konsepsi, Penyimpangan, dan Jawabanya (2002:3) mengutip Luthfi Asy-Syaukanie, bahwa setidaknya ada empat agenda utama Islam Liberal, yaitu agenda politik, agenda toleransi agama, agenda emansipasi wanita, dan agenda kebebasan berekpresi. Dalam agenda politik, misalnya, kaum muslimin أ¢â‚¬إ“diarahkanأ¢â‚¬? oleh JIL untuk mempercayai sekularisme, dan menolak sistem pemerintahan Islam (Khilafah). Perdebatan sistem pemerintahan Islam, kata Luthfi Asy-Syaukanie, dianggap sudah selesai, karena sudah ada para intelektual seperti Ali Abdur Raziq (Mesir), Ahmad Khalafallah (Mesir), Mahmud Taleqani (Iran), dan Nurcholish Madjid (Indonesia) yang mengatakan bahwa persoalan tersebut adalah masalah itjihadi dan diserahkan sepenuhnya kepada kaum muslimin (Ibid.).

Pertanyaannya adalah, sejak kapan kaum muslimin menganggap persoalan ini أ¢â‚¬إ“sudah selesaiأ¢â‚¬?? ? Apakah sejak Ali Abdur Raziq menulis kitabnya Al-Islam wa Ushul Al-Hukm (1925) yang sesungguhnya adalah karya orientalis Inggris Thomas W. Arnold ? Apakah sejak Khilafah di Turki dihancurkan pada tahun 1942 oleh gembong imperalis, Inggris, dengan menggunakan Mustahafa kamal ? Apakah sejak negara-negara imperalis melalui penguasa-penguasa Dunia Islam yang kejam menumpas upaya mewujudkan kembali sistem pemerintahan Islam ? Dan juga, apakah nama-nama intelektual yang disebut Luthfi cukup respresentatif mewakili umat Islam seluruh dunia di sepanjang masa, ataukah mereka justru menyuarakan aspirasi penjajah ?

Yang ingin disampaikan adalah, persoalan hubungan agama dan negara, memang boleh dikatakan sudah selesai, di negara-negara Barat. Namun persoalan ini jelas belum selesai di Dunia Islam (Th. Sumartana, أ¢â‚¬إ“Kata Pengantarأ¢â‚¬? dalam Robert Audi, Agama dan Nalar Sekuler dalam Masyarakat Liberal, 2002:xvii-xviii). Dari sini dapat dipahami, bahwa tugas JIL adalah membuat selesai persoalan yang belum selesai ini. Maka ada kesejajaran antara agenda politik JIL ini dengan aksi imperliasme Barat, yang selalu memaksakan sekularisme atas Dunia Islam dengan kekerasan dan darah.

Agenda-agenda lainnya di bidang toleransi (pluralisme agama), misalnya anggapan semua agama benar dan tak? boleh ada truth claim, agenda emansipasi wanita, seperti menyamaratakan secara absolut peran atau hak pria dan wanita tanpa kecuali (dan tanpa ampun), dan agenda kebebasan berekspresi, seperti hak untuk tidak beragama (astaghfirullah), tak jauh bedanya dengan agenda politik di atas. Semua ide-ide ini pada ujung-ujungnya, pada muaranya, kembali kepada ideologi dan kepentingan imperialis. Sulit sekali –untuk tak mengatakan? mustahilأ¢â‚¬â€‌mencari akar pemikiran-pemikiran tersebut dari Islam itu sendiri secara murni, kecuali setelah melalui pemerkosaan teks-teks Al-Qurأ¢â‚¬â„¢an dan As- Sunnah. Misalnya teologi pluralisme yang menganggap semua agama benar, sebenarnya berasal dari hasil Konsili Vatikan II (1963-1965) yang merevisi prinsip extra ecclesium nulla salus (di luar Kattolik tak ada keselamatan) menjadi teologi inklusif-pluralis, yang menyatakan keselamatan dimungkinkan ada di luar Katolik. (Husaini & Hidayat, op.cit., hal.110-111). Infiltrasi ide tersebut ke tubuh umat Islam dengan justifikasi QS Al-Baqarah : 62 dan QS Al-Maidah : 69 jelas sia-sia, karena kontradiktif dengan ayat-ayat yang menegaskan kebatilan agama selain Islam (QS Ali Imran : 19, QS At-Taubah : 29).

Agenda-agenda JIL tersebut jika dibaca dari perspektif kritis, menurut Adian Husaini dan Nuim Hidayat, bertujuan untuk menghancurkan Aqidah Islamiyah dan Syariah Islamiyah (Ibid., hal.81 & 131). Tentunya mudah dipahami, bahwa setelah Aqidah dan Syariah Islam hancur, maka sebagai penggantinya adalah aqidah penjajah (sekularisme) dan syariah penjajah (hukum positif warisan penjajah yang sekularistik). Di sinilah titik temu agenda JIL dengan proyek imperalisme Barat. Maka, sungguh tak berlebihan kiranya jika dikatakan bahwa agenda JIL adalah kepanjangan imperalisme global atas Dunia Islam yang dijalankan negara-negara Barat kapitalis, khususnya Amerika Serikat.

Ini dari segi kaitan agenda JIL dengan imperialisme. Adapun ide-ide JIL itu sendiri, maka berdasarkan kerangka ideologi kapitalisme yang telah disinggung secara singkat diatas, dapatlah kiranya dinyatakan bahwa ide-ide JIL sesungguhnya adalah ide-ide kapitalisme. Luthfi Asy-Syaukanie (ed.) dalam Wajah Liberal Islam di Indonesia (2002) telah berhasil menyajikan deskripsi dan peta ide-ide JIL. Jika dikritisi, kesimpulannya adalah di sana ada banyak imitasi (baca:taqlid) sempurna terhadap ideologi kapitalisme. Tentu ada kreativitas dan modifikasi. Khususnya pencarian ayat atau hadits atau preseden sejarah yang kemudian ditafsirkan secara paksa agar cocok dengan kapitalisme.

Ide-ide kapitalisme itu misalnya : (1) sekularisme, (2) demokrasi, dan (3) kebebasan. Dukungan kepada sekularisme أ¢â‚¬â€œpengalaman partikular Baratأ¢â‚¬â€‌ nampak misalnya dari penolakan terhadap bentuk sistem pemerintahan Islam (Ibid., hal. xxv), dan penolakan syariat Islam (Ibid., hal.30). Demokrasi pun begitu saja diterima tanpa nalar kritis dan dianggap kompetibel dengan nilai-nilai Islam seperti أ¢â‚¬?adl (keadilan), persamaan (musawah), dan syura (Ibid., hal. 36). Kebebasan yang absolut tanpa mengenal batas أ¢â‚¬â€œyang nampaknya? sangat disakralkan JILأ¢â‚¬â€œdidukung dalam banyak statemen dengan beraneka ungkapan : أ¢â‚¬إ“tidak boleh ada pemaksaan jilbabأ¢â‚¬? (Ibid., hal. 129), أ¢â‚¬إ“harus ada kebebasan tidak beragamأ¢â‚¬? (Ibid., hal. 135), أ¢â‚¬إ“orang beragama tidak boleh dipaksa.أ¢â‚¬? (Ibid., hal. 139 & 142), dan sebagainya.

Kentalnya ide-ide pokok kapitalisme dan berbagai derivatnya ini, masih ditambah dengan suatu metode berpikir yang kapitalistik pula, yaitu menjadikan ideologi kapitalisme sebagai standar pemikiran. Ide-ide? kapitalisme diterima lebih dulu secara taken for granted. Kapitalisme dianggap benar lebih dulu secara absolut, tanpa pemberian peluang untuk didebat (ghair qabli li an-niqasy) dan tanpa ada kesempatan untuk diubah (ghair qabli li at-taghyir). Lalu ide-ide kapitalisme itu dijadikan cara pandang (dan hakim!) untuk menilai dan mengadili Islam. Konsep-konsep Islam yang dianggap sesuai dengan kapitalisme akan diterima. Tapi sebaliknya kalau bertentangan dengan kapitalisme, akan ditolak dengan berbagai dalih. Misalnya penolakan JIL terhadap konsep dawlah islamiyah (negara Islam) (Ibid., hal. 291), yang berarti konsep ini dihakimi dan diadili dengan persepktif sekuler yang merupakan pengalaman sempit dan partikular dari Barat. Padahal sekularisme adalah konsep lokal (Barat), dan tidak bisa dipaksakan secara universal atas Dunia selain-Barat Th, Sumartana mengatakan :

أ¢â‚¬إ“Apa yang sudah terjadi di Barat sehubungan dengan hubungan antara agama dan negara, sesungguhnya dari awal bercorak lokal dan berlaku terbatas, tidak universal. Dan prinsip-prinsip yang dilahirkannya bukan pula bisa dianggap sebagai resep mujarab untuk mengobati komplikasi yang terjadi antara negara dan agama di bagian dunia yang lain.أ¢â‚¬? (Th. Sumartana, أ¢â‚¬إ“Kata Pengantarأ¢â‚¬? dalam Robert Audi, Agama dan Nalar Sekuler dalam Masyarakat Liberal,? 2002:xiv).

Dan patut dicatat, sekularisme tak pernah menjadi konsep yang berlaku di Dunia Islam seperti saat ini, kecuali melalui jalan imperalisme Barat yang kejam, penuh darah, dan tak mengenal perikemanusian.

Penutup
Kesimpulan paling sederhana dari uraian di atas adalah bahwa agenda-agenda JIL tak bisa dilepaskan dari imperalisme Barat atas Dunia Islam. Ide-ide yang diusung JIL pun sebenarnya palsu, karena yang ditawarkan adalah kapitalisme, bukan Islam. Agar laku, lalu diberi label Islam. Islam hanya sekedar simbol, bukan substansi ide JIL. Jadi JIL telah menghunus dua pisau yang akan segera ditusukkan ke tubuh umat Islam, yaitu pisau politis dan pisau ideologis. Semua itu untuk menikam umat, agar umat Islam kehabisan darah (baca:karakter Islamnya) lalu bertaqlid buta kepada JIL dengan menganut peradaban Barat.

Jika memang dapat dikatakan bahwa JIL adalah bagian dari proyek imperalisme Barat, maka JIL sebenarnya mengarah ke jalan buntu.? Tidak ada perubahan apa pun. Tidak ada transformasi apa pun. Sebab yang ada adalah legitimasi terhadap dominasi dan hegemoni kapitalisme (yang, toh, sudah berlangsung). Dan pada saat yang sama, yang ada adalah pementahan dan penjegalan perjuangan umat untuk kembali kepada Islam yang hakiki, yang terlepas dari hegemoni kapitalisme.

owok koq ??

21.04 Edit This 0 Comments »
Tampang macho tapi dandanan feminin, malah centil. Bukan bencong, tapi ngakunya pejantan tangguh. Itulah cowok-cowok girlish. Sekedar mode, atau ada yang lain?

Tampang sih macho, tapi dandanan? Ya ampun girlish abis! Bajunya junkies, celana gombrang, ada juga yang nekat piercing anting di kuping. Belum lagi asesoris cewek macam ikat rambut. Kadang dipake buat ngiket rambut yang gondrong, atau dijadiin gelang di tangan. Kalau perlu rambut juga ditoning atau diwarnain. Pokoknya, girlish total!

Apa sih girlish?

Menurut Webster New Word Dictionary “girlish” itu adalah: of, like, or suitable to a girl or girlhood. Artinya, cowok yang berpenampilan ala cewek. Gaya macam gini nggak cuma didominasi para bencong alias abal-abal. Cowok-cowok yang normal juga suka berdandan girlish. Vokalis Slank, Kaka, misalkan dulu sering pake baju junkies, ketat, transparan macam cewek-cewek. Setali tiga uang ama Kaka adalah vokalis grup asal Bandung /rif. Kalau kamu simak penampilannya di layar kaca terkadang suka ditambah make up yang agak medok, termasuk lipstick. Gaya make up medok itu juga diperagakan oleh grup asal Inggris Duran Duran yang ngetop tahun 80-an. Sebelumnya ada penyanyi yang udah bangkotan, David Bowie tampil dengan gaya glam rock. Genit persis cewek-cewek.

Boyz, jaman sekarang emang nggak ada aturan yang ngelarang dandanan. Mau pake apa aja dan bergaya apa aja boleh. Itu kan hak asasi manusia. Tapi, pantes nggak sih cowok ber-girlish ria? Gimana juga cowok girlish di mata cewek?

Ati-ati Bro!

“Geli!” kata Pratiwi, seorang cewek yang berhasil dihadang SODA. Cewek keling-manis yang bentar lagi diwisuda ini ngaku nggak suka ama cowok-cowok yang girlish. “Cowok itu bagusnya tampil rapi deh,” ia ngasih alasan. Di kampusnya sendiri ada beberapa teman kuliahnya yang tampil girlish. Lahir-batin sih mereka normal, alias nggak punya kecenderungan aneh. Cuma ya itu aja, suka berdandan girlish. Pratiwi ngaku jadi geli ngeliatnya.

Tuh, boyz, simak deh pandangan cewek soal dandanan. Meski di negeri yang sekuler ini soal dandanan nggak jadi persoalan, tapi apa mau dipandang geli ama cewek-cewek? Niatnya mo tampil keren eh malah diketawain ama orang-orang. Kan nggak lucu.

Tapi buat mereka yang udah ngerasa nyaman dengan dandanan centilnya pandangan orang lain ya kagak ngaruh. Kalau pikiran dan badan udah ngerasa enak dengan gaya girlish, jalan aja terus. The show must go on.

Soal kecenderungan cowok tampil girlish juga dipengaruhi dunia mode. Hari gini, para perancang mode suka bikin macam-macam jenis baju. Ada baju yang memang dirancang khusus untuk cowok. Tampilannya jelas maskulin. Kaos, kemeja, celana panjang, ataupun jasnya memang khas untuk memperlihatkan sisi maskulin para cowok. Ada juga jenis pakaian yang unisex. Yakni pakaian yang emang dirancang untuk bisa dipakai oleh kaum pria ataupun wanita. Tapi yang bikin kita ber-istighfar adalah pakaian cewek tapi dipakai oleh para cowok. Inilah yang disebut girlish. Meski kata perancang busana itu sah-sah aja, tapi bener itu sah?

Dress Code Cowok Muslim

Bro, soal pakaian sebenarnya bukan cuma urusan kain nempel di badan. Berpakaian itu kudu memperhatikan soal etika dan estetika. Hukum dan keindahan. Paling pokok ya soal hukum, keindahan sih nomor sekian. Yup, agama kita udah ngajarin dengan detil banget soal berpakaian. Fungsi pokok pakaian adalah menutupi aurat. Buat para cowok, aurat itu ada di antara pusar sampai bagian lutut. Dengkul alias lutut sendiri bukan aurat, tapi yang ada di atas lututlah auratnya. Rasulullah saw. pernah bersabda, “Janganlah menampakkan pahamu dan janganlah melihat paha orang yang masih hidup dan telah meninggal.”

Imam Abu Daud dan Tirmidzi juga pernah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. pernah menegur seorang sahabat yang tersingkap kainnya sehingga nampak pahanya. “Apakah engkau tidak tahu bahwa paha adalah aurat?”

Selain menutup aurat, ternyata para cowok juga punya batasan lain dalam soal berpakaian, yakni dilarang memakai memakai sutra. “Telah diharamkan memakai sutra dan emas bagi kaum pria dan dihalalkan bagi kaum wanita di antara mereka.”(hr. Tirmidzi). Beliau juga menambahkan, “Sesungguhnya (pria) yang memakai sutra adalah mereka yang tidak mendapat bagian di akhirat.”(hr. Bukhari, Muslim). Lebih jauh lagi Nabi saw. bilang bahwa sutra dan emas adalah pakaian untuk kaum pria di surga. So, be patient, Bro! Sabar aja sampai kita masuk surga.

Sekali waktu pernah juga sih Rasulullah saw. ngasih izin kepada dua orang sahabat untuk memakai sutra. Yakni Zubair bin Awwam dan Abdurrahman bin Auf radliallahu anhuma, karena keduanya menderita gatal-gatal jika memakai pakaian dengan bahan biasa. Artinya, ini hanya berlaku dalam keadaan darurat, buat para cowok yang sakit kulit dan hanya bisa memakai sutra.

Soal girlish gimana? Ini juga dijelasin oleh Islam. Nabi saw. sudah bikin penjelasan kalau cowok dan cewek emang beda. So, jangan disama-samain. Bukan hanya soal mental dan biologisnya, tapi display-nya alias penampilan luarnya emang kudu beda. Cewek punya asesoris tersendiri yang kagak bisa dipinjem oleh mahluk cowok. Mulai dari anting, kalung, sampai pakaian. Untuk para cewek Allah sudah mewajibkan mereka memakai kerudung dan jilbab saat berada di tempat umum. Tapi selain kerudung dan jilbab, mereka boleh saja memakai celana panjang (khas cewek), rok, kaos dan kemeja di tempat-tempat khusus, atau di antara sesama cewek lagi.

So, cowok udah dibatasi nggak boleh memakai asesoris dan pakaian yang jadi “kebangsaan” para cewek. Dalam satu hadits disebutkan, “Rasulullah saw. melaknat laki-laki yang meniru perempuan dan perempuan yang meniru laki-laki.”(hr. Bukhari).

Bro, kalau kamu cowok tampilin dong sejatinya seorang cowok. Gentle dan macho, tinggalin asesoris yang girlish, yang bikin cewek-cewek jadi geli. Ini cowok atau mahluk hermaphrodite? Berkelamin ganda? Udah gitu, nggak ada itungannya dalam Islam seorang cowok tampil girlish. Bersih dan fresh itu nggak mesti girlish. Cowok sejati juga bisa tampil begitu. Nggak percaya, buktiin aja sendiri.

Jaringan Internet Asia Tenggara akan Terhubung ke AS

20.55 Edit This 0 Comments »
Belajar dari pengalaman gempa Taiwan akhir 2006 lalu yang memporak-porandakan jaringan Internet dan telekomunikasi, Asia Tenggara akhirnya bertindak. Sebanyak 17 perusahaan telekomunikasi besar di Asia Tenggara menandatangani perjanjian pembangunan kabel fiber optik bawah laut senilai US$ 500 juta atau sekitar Rp 4,54 triliun (US$ 1 = Rp 9.082 sumber:detik.com). Demikian diberitakan Associated Press melalui NewsEdge.

Proyek tersebut akan menghubungkan Asia Tenggara langsung dengan Amerika Serikat dan diklaim jaringannya lebih aman dari terpaan gempa dan tsunami.

Kontrak ini ditandatangani oleh konsorsium yang terdiri dari Pemerintah Brunei, AT&T Amerika Serikat, Bharti India, CAT Thailand, PLDT Filipina, PT Telkom Indonesia, Telekom Malaysia, Telstra Australia, Starhub Singapura dan VNPT Vietnam.

Sementara Telekom Malaysia, yang menjadi pemimpin konsorsium tersebut menyatakan, proyek pembangunan kabel sepanjang 20 ribu kilometer ini akan segera dimulai. Selain itu, pembangunan ini akan menjadi sistem kabel bawah laut pertama Asia Tenggara yang terhubung langsung dengan Amerika Serikat.

"Link ini menjanjikan peningkatan dalam hal kapasitas dan reliabilitas link Internet antara Asia dan Amerika Serikat, menyusul adanya gangguan yang diakibatkan oleh gempa Taiwan baru-baru ini," ujar Abdul Wahid Omar, Chief Executive Telekom Malaysia seperti dikutip detikINET dari TelecomAsia, Selasa (1/5/2007).

Kabel fiber optik yang dinamakan Asia-America Gateway ini akan menghubungkan Malaysia dengan Amerika Serikat melalui Singapura, Thailand, Brunei, Vietnam, Hong Kong, Filipina, Guam, Hawaii dan pantai barat Amerika Serikat.

Dikutip Vnunet.com, proyek ini dijadwalkan dapat diselesaikan paling lama hingga 2008. Sementara kerjasama Alcatel-Lucent dan NEC akan menangani proyek tersebut mulai dari desain, manufaktur, instalasi dan integrasi hingga jaringan berfungsi sepenuhnya.

Jaringan baru ini diharapkan dapat menjawab kebutuhan bandwidth yang semakin meningkat karena pesatnya pertumbuhan aplikasi Internet seperti layanan pesan instan video, data dan layanan multimedia lain

Virtual Private Network Jaringan Internet Terbatas untuk keamanan

20.50 Edit This 0 Comments »

Berkomunikasi melalui Internet dan ponsel sudah bukan hal baru. Sejauh mana privasi kita terjaga? Mari berkenalan dengan Virtual Private Network (VPN).

Dunia semakin sempit, itulah yang kita rasa saat ini. Terlebih kehadiran Internet dan Telephone Seluler (Ponsel) yang memungkinkan semua aktifitas dilakukan dari jarak jauh. Mulai dari komunikasi ddengan keluarga, kekasih, rekan kerja sampai transaksi bisnis dapat selesai tanpa harus bertatap muka langsung. Jaringan Seluler dan jalur Internet Protocol (IP) bukan lagi teknologi asing bagi kita.

Yang menjadi pertanyaan, apakah semua jalur komunikasi itu cukup aman dari penyadapan dan penelusupan? Internet dan telepon memeng jaringan yang dapat diakses public. Sesungguhnya ada jaringan khusus yang dibuat tertutup namun tetap memungkinkan diakses oleh sejumlah orang yang berkepentingan. Inilah yang disebut Virtual Private Network (VPN).

“Jaringan ini tidak dapat diakses oleh sembarang orang yang tidak memiliki otentifikasi. Berbeda dengan Internet, VPN memiliki jalur tersendiri,” Ungkap Yoyo W. Basuki, Direktur Utama PT. Aplikanusa Lintasarta kepada pers di Jakarta, selasa (28/2). Lintasarta adalah penyedia layanan VPN EZY yang memungkinkan pelanggan mengakses jaringan private melalui jaringan public Internet. Bentuk media aksesnya dapat berupa sambungan telepon fixed line seperti dial up dari Publik Switch Telephone network (PSTN), maupun nirkabel seperti CDMA, WIFI atau GPRS.

VPN sangat tersa manfaatnya bagi perusahaan yang mengandalkan kinerja karyawan di luar kantor. Perusahaan pemasaran alias Marketing, media masa, logistic, transportasi sampai perbankan banyak yang mulai memanfaatkan teknologi VPN. Bukan hanya sekedar laporan hasil kerja karyawan, namun segala manajemen keungan, komunikasi dengan pelanggan bahkan transaksi bisnis dapat dilakukan melalui VPN.

Menurut Yoyo, sepanjang otoritasnya diatur oleh pengelola divisi Teknologi Informasi (TI) yang bersangkutan, aplikasi tersebut dapat diakses dari luar kantor: Email, misalnya, dapat diakses melalui Webmail dengan privasi yang tetap aman. Aplikasi VPN dapat dijalankan oleh beberapa perusahaan atau organisasi sekaligus.

Jalur Khusus
Ada dua bagian utama dalam sebuah jalur VPN. Pertama adalah jaringan bagian dalam yang terlindungi oleh sejumlah sistem keamanan fisik. Bagian kedua adalah jaringan luar yang nyaris sama persis dengan Internet biasa. Bedanya ada sebuah Firewall yang diletakkan diantara pusat pengendali User atau klien dengah host jaringan atau server. Semua komunikasi dilakukan dibalik system Firewall. Hanya klien yang melakukan otentifikasi yang dapat mengakses data dan Informasi sesuai dengan kewenangannya.

Kebanyakan program klien VPN dapat dikonfigurasikan sedemikian rupa sehimgga semua lalu lintas IP harus melalui saluran khusus ketika VPN diaktifkan. Ini adalah langkah pengamanan.

Artinya, ketika VPN mulai aktif maka semua akses diluar jaringan keamanan karyawan harus melalui Firewall yang sama. Ini mengurangi risiko terjadinya penelusupan akses komputer jinjing karyawan ke computer meja maupun jaringan lainnya.

Bagi perusahaan yang sangat urgen dengan komunikasi data, VPN lumayan dapat diandalkan dari sisi keamanan. Sebab kian hari yang namanya virus, worm, spyware dan beragam jenis program penelusup lain kian marak saja mengganggu jalur komunikasi.

Jaringan Internet Tenaga Surya

20.44 Edit This 0 Comments »

Bruce Baikie dan Marc Pomerleau hanyalah karyawan di Sun Microsystems. Tapi kiprahnya di sebuah organisasi nirlaba, Green Wi-Fi, setidaknya akan memberikan manfaat besar bagi anak-anak di negara miskin, jauh dari tempat tinggal mereka di San Fransisco, Amerika Serikat.
Baru-baru ini Baikie dan Pomerleau mengembangkan akses Internet melalui jaringan nirkabel (wireless fidelity/Wi-Fi) dengan menggunakan tenaga surya. Teknologi ini mereka kembangkan untuk aplikasi di daerah terpencil di negara berkembang, yang belum terjangkau jaringan listrik.

Seperti di daerah India bagian utara. Di sana sudah tersedia koneksi telekomunikasi kabel untuk Internet. Namun, sayang, justru kabel listrik yang belum tersambung. Pomerleau dan Baikie memilih teknologi Wi-Fi karena teknologi ini yang paling masuk akal dan relatif lebih murah untuk dikembangkan.

Konsep yang mereka pakai cukup simpel. Setiap node (perangkat yang mampu berinteraksi dalam jaringan) diberi sebuah router yang dilengkapi baterai dan panel surya untuk mengisi baterainya. Node itu ditaruh pada atap, dan sinyal jaringan Wi-Fi ditransfer melalui standar jaringan nirkabel 802.11b/g.

Baikie juga merancang software yang mampu mengatur kerja jaringan ini. Bila asupan energi berkurang sedikit, akses Internet pada beberapa komputer tertentu akan terputus, dan hanya memberikan akses pada kelompok tertentu, misalnya guru. Bisa juga lebar-pita yang dipakai bakal dikurangi, sehingga pengguna hanya dapat memakai e-mail, misalnya. Jadwal dan lama pemakaian Internet pun bisa diatur.

Tapi apa yang terjadi bila musim hujan tiba? Nah, Baikie dan Pomerleau menambahkan sebuah pengontrol pada alat itu untuk melakukan pengaturan otomatis dalam menyuplai energi ke router. Konsumsi energi disesuaikan dengan situasi, bergantung pada level baterai yang masih tersisa dan jumlah sinar matahari yang mereka terima di panel surya.

Saat dites di atap dapur rumah Baikie di Bay Area, hujan sempat turun hingga 28 hari. "Tapi jaringan bisa tetap berjalan dengan lancar," kata Pomerleau. Bahkan, setelah masuk hari ke-30, jaringan juga tetap menyala. Semua peralatan ini hanya memakan biaya US$ 200 atau sekitar Rp 1,8 juta untuk tiap node.

Saat ini, Green Wi-Fi telah mendapatkan dana awal dari Program One Laptop Per Child (OLPC) untuk memproduksi dan menguji prototipe node yang akan digunakan. OLPC adalah sebuah gerakan yang bertujuan untuk memberikan komputer jinjing kepada anak-anak di negara miskin seharga US$ 100 atau Rp 900 ribu.

"OLPC menunjukkan minat yang besar untuk masalah ini," ujar Pomerleau. Maka Pomerleau pun akhirnya menanggalkan pekerjaannya sebagai anggota staf pemasaran di Sun. Pilot project ini akan segera dimulai musim panas ini, di tiga sekolah di India bagian utara, Uttar Pradesh.